PROFIL SANGGAR TENGKAH ZAPIN
PROFIL SANGGAR TENGKAH ZAPIN
A. Sejarah Berdiri
Sanggar Tengkah Zapin berada di Jalan Mulia Indah Blok D No. 94 Pekanbaru, Riau. Sanggar Tengkah Zapin menjadi wadah bagi generasi muda dalam usaha mengangkat dan melestarikan nilai-nilai seni sebagai akar budaya Melayu, sekaligus sebagai wujud pengabdian anak negeri dalam rangka menjulang tamaddun Kebudayaan Melayu. ‘Payung” atau landasan berpijak sanggar yang berdiri tanggal 23 Agustus 2013 adalah tari Zapin Meskom, Bengkalis Riau, Indonesia.
Atas dasar keinginan untuk mengangkat dan melestarikan nilai-nilai seni akar budaya Melayu, pembina sanggar Puan Baiduri Zam, SH, MSi, merasa perlu mengajak seluruh potensi sumber daya manusia yang ada dan punya niat untuk melebur dan menyatukan diri dalam sebuah wadah sanggar seni. Ibarat rumah besar, Sanggar Tengkah Zapin didukung sumber daya manusia yang bertindak sebagai tangga, atap, bilik makan, bilik mandi dll, bahkan ‘bilik rindu’ akan kampung halaman. Antara satu sama lainnya memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Apalagi harus diakui bahwa episentrum kebudayaan itu berada di kampung-kampung. Kami peduli pada tari zapin meskom yang asalnya dari kampung , tetapi tak mau disebut kampungan karena dianggap imla atau lalai pada seni tradisi, khususnya seni tari Zapin.
Keluarga besar Sanggar Tengkah Zapin hanya memiliki satu arah tujuan dalam satu kemudi, yakni menjadikan seni tradisi sebagai landasan berpijak dan menjadi ‘tepak’ atau laman bermain bagi generasi muda yang sadar akan pentingnya ‘seni kampung’ itu, dimana akhir pelayarannya bersandar di dermaga ‘kerinduan’ yang disebut seni budaya Melayu Riau. Ini pun sejalan dengan Visi dan Misi Propinsi yang berhajat menjadikan Riau sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di bentangan Asia Tenggara pada tahun 2020.
B. Logo Sanggar
Makna Logo
Logo Sanggar Tengkah Zapin menggambar cogan atau regalia sebuah kerajaan, dimana regalia menjadi simbol pewaris tahta kerajaan (budaya Melayu). Ukiran bermotif Melayu Riau, ditambah dengan warna kuning keemasan sebagai penerang di antara dasar hitam yang merupakan simbol Dubalang, menggambarkan bahwa Sanggar Tengkah Zapin berhajat menjadi pewaris Seni Budaya Melayu, yang tersirat dalam perahu bertuliskan ‘bilik rindu budaya melayu’. Adapun warna menurut keyakinan orang Melayu Riau:
1. Warna Kuning
Warna kuning dalam Budaya Melayu Riau Melambangkan Daulat (Tuah, Marwah, Hak dan Martabat, Kekuasaan).
2. Warna Hitam
Warna Hitam Melambangkan Adat dan Hulubalang.
C. Visi dan Misi Sanggar Tengkah Zapin
Visi dari Sanggar Tengkah Zapin adalah Mengangkat dan melestarikan nilai-nilai seni akar budaya melayu sebagai wujud pengabdian kepada negeri dalam rangka menjulang tuah yang bermarwah, melayu berdaulat berdasarkan iman dan taqwa.
Adapun Misi dari Sanggar Tengkah Zapin adalah:
A. Sejarah Berdiri
Sanggar Tengkah Zapin berada di Jalan Mulia Indah Blok D No. 94 Pekanbaru, Riau. Sanggar Tengkah Zapin menjadi wadah bagi generasi muda dalam usaha mengangkat dan melestarikan nilai-nilai seni sebagai akar budaya Melayu, sekaligus sebagai wujud pengabdian anak negeri dalam rangka menjulang tamaddun Kebudayaan Melayu. ‘Payung” atau landasan berpijak sanggar yang berdiri tanggal 23 Agustus 2013 adalah tari Zapin Meskom, Bengkalis Riau, Indonesia.
Atas dasar keinginan untuk mengangkat dan melestarikan nilai-nilai seni akar budaya Melayu, pembina sanggar Puan Baiduri Zam, SH, MSi, merasa perlu mengajak seluruh potensi sumber daya manusia yang ada dan punya niat untuk melebur dan menyatukan diri dalam sebuah wadah sanggar seni. Ibarat rumah besar, Sanggar Tengkah Zapin didukung sumber daya manusia yang bertindak sebagai tangga, atap, bilik makan, bilik mandi dll, bahkan ‘bilik rindu’ akan kampung halaman. Antara satu sama lainnya memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Apalagi harus diakui bahwa episentrum kebudayaan itu berada di kampung-kampung. Kami peduli pada tari zapin meskom yang asalnya dari kampung , tetapi tak mau disebut kampungan karena dianggap imla atau lalai pada seni tradisi, khususnya seni tari Zapin.
Keluarga besar Sanggar Tengkah Zapin hanya memiliki satu arah tujuan dalam satu kemudi, yakni menjadikan seni tradisi sebagai landasan berpijak dan menjadi ‘tepak’ atau laman bermain bagi generasi muda yang sadar akan pentingnya ‘seni kampung’ itu, dimana akhir pelayarannya bersandar di dermaga ‘kerinduan’ yang disebut seni budaya Melayu Riau. Ini pun sejalan dengan Visi dan Misi Propinsi yang berhajat menjadikan Riau sebagai Pusat Kebudayaan Melayu di bentangan Asia Tenggara pada tahun 2020.
B. Logo Sanggar
Makna Logo
Logo Sanggar Tengkah Zapin menggambar cogan atau regalia sebuah kerajaan, dimana regalia menjadi simbol pewaris tahta kerajaan (budaya Melayu). Ukiran bermotif Melayu Riau, ditambah dengan warna kuning keemasan sebagai penerang di antara dasar hitam yang merupakan simbol Dubalang, menggambarkan bahwa Sanggar Tengkah Zapin berhajat menjadi pewaris Seni Budaya Melayu, yang tersirat dalam perahu bertuliskan ‘bilik rindu budaya melayu’. Adapun warna menurut keyakinan orang Melayu Riau:
1. Warna Kuning
Warna kuning dalam Budaya Melayu Riau Melambangkan Daulat (Tuah, Marwah, Hak dan Martabat, Kekuasaan).
2. Warna Hitam
Warna Hitam Melambangkan Adat dan Hulubalang.
C. Visi dan Misi Sanggar Tengkah Zapin
Visi dari Sanggar Tengkah Zapin adalah Mengangkat dan melestarikan nilai-nilai seni akar budaya melayu sebagai wujud pengabdian kepada negeri dalam rangka menjulang tuah yang bermarwah, melayu berdaulat berdasarkan iman dan taqwa.
Adapun Misi dari Sanggar Tengkah Zapin adalah:
- Menjadikan Sanggar Tengkah Zapin wadah pengembangan pelestarian dan mengangkat kreasi cipta seni budaya melayu (meliputi tari zapin tradisi, kompang, silat dan bentuk-bentuk seni islami lainnya).
- Mengembangkan dan melestarikan kreasi budaya melayu yang berorientasi mengangkat nilai-nilai islami melalui keindahan Seni dakwah (meliputi karya cipta lagu, syair/ puitisasi, dan kreasi tarian melayu nuansa Islam).
- Mengangkat budaya melayu sebagai cerminan kehidupan masyarakat masa lalu sebagai wujud menghargai jasa leluhur yang disesuaikan dengan kemajuan zaman.
- Mengembangkan nilai-nilai intelektual melalui seni budaya dan berpartisipasi dalam institusi lembaga pendidikan guna mempersiapkan manusia yang berproduktifitas kerja dan mandiri dalam kehidupan keseharian.